PENILAIAN NON TES ( WAWANCARA )

WAWANCARA (INTERVIEW)
A.  Pengertian
            Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian non tes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya jawab sepihak, atau dengan kata lain wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab (Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi). Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaaan secara lisan kepada sumber data dan sumber data juga memberikan jawaban secara lisan juga. Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. (Arifin, 1998:44). Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuanya atau kepada temannya.
B.  Tujuan wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1.      Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2.      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3.      Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
C.  Wawancara sebagai Alat Penilaian
            Sebagai alat penilaian, wawancara dapat dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni:
·         Tahap awal pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara. Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa takut, dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau jujur.
·         Penggunaan pertanyaan, setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
·         Pencatatan hasil wawancara, hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
            Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2.      Setelah mengetahui tujuannya, tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut.
3.      Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk bersetruktur ataukah bentuk terbuka
4.      Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan bentuk wawancara.Ada baiknya dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman wawancara terpimpin atau untuk wawancara bebas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:
1.      Menjaga hubuangan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik.
2.      Batasi waktu dalam wawancara.
3.      Mencatat semua hasil wawancara
D.  Jenis - Jenis Wawancara
·         Menurut Responden Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview langsung dan tidak langsung. Interview langsung terjadi apabila interview langsung dilakukan dengan interviewee. Sedangkan interview tidak langsung terjadi apabila interview dilakukan untuk mendapatkan data mengenai individu yang lain.
·         Menurut Prosedur Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview terstruktur dan tidak terstruktur. Interview terstruktur adalah interview yang pertanyaaan-pertanyaan interview yang diajukan sudah direncanakan secara rinci dan jelas dan dijadikan sebagai pedoman interview (interview guide). Sedangkan interview tidak terstruktur adalah interview yang pertanyaaan-pertanyaan interview yang diajukan tidak direncanakan secara rinci dan jelas, hanya memuat pokok-pokoknya saja.
·         Menurut Situasi Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview formal dan informal. Interview formal terjadi apabila interview dilakukan di sebuah tempat formal dan bersifat resmi. Sedangkan interview informal terjadi apabila dilakukan bukan di sebuah tempat formal dan bersifat tidak resmi, seperti percakapan biasa.
·         Menurut Perencanaan Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview berencana dan insidental. Interview berencana dilaksanakan apabila interview direncanakan waktu dan tempatnya. Sedangkan interview incidental dilaksanakan secara kebetulan apabila ada kesempatan mengadakan interview.
E.  Format Wawancara
Gunarsah (2003:38-39) mengungkapkan ada lima tahapan struktur wawancara sebagai berikut :
1.  Rapport
Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa Kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana yang akan dilakukan terhadap dan dengan klien, serta membawa klien merasa enak menghadapi pewawancara. Acap kali penting menerangkan tujuan dari wawancara dan apa yang konselor bisa dan tidak bisa melakukan.
2.  Pengumpulan Data
Tahap untuk merumuskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien sampai datang untuk wawancara dan bagaimana klien menilai atau memandang masalahnya.
3.  Menentukan Hasil Sesuai dengan Arah Kemana Klien Inginkan.
Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau persoalan sudah diatasi. Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui apa yang dikehendaki klien dan yang senada atau tidak bertentangan dengan apa yang secara rasional dipikirkan oleh pewawancara.
4.  Mengemukakan Macam - Macam Alternatif Penyelesaian Masalah.
Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan dari macam-macam alternatif. Seringkali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya dan merupakan tahapan yang berlangsung paling lama.
5.  Generalisasi dan Pengalihan Proses Belajar.
Untuk memungkinkan klien mengubah cara berpikirnya, proses belajarnya, perasaannya dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara ini jelas sudah berfungsi sebagai proses konseling itu sendiri. Kelima tahapan wawancara ini dapat disingkat dengan lima pertanyaan sederhana dan singkat sebagai berikut :
1. Apa Kabar?
2. Apa Masalahnya?
3. Apa yang anda inginkan akan terjadi?
4. Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu?
5. Apakah Anda mau melakukan hal itu?
F.  Fungsi Wawancara
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan kedalam tiga golongan besar:
1.      Sebagai Metode Primer, apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya.
2.      Sebagai Metode Pelengkap, jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
3.      Sebagai Kriterium, metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium
G.  Keuntungan wawancara yaitu :
1.      Wawancara dapat memberikan keterangan keaadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2.      Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3.      Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4.      Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
5.      Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
H.  Kelemahan wawancara sebagai alat penilaian :
1.      Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai
2.      Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3.      Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4.      Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara 
I.  Langkah - Langkah Pengembangan Wawancara.
a.       Merumuskan tujuan
b.      Merumuskan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
c.       Menyusun kisi-kisi
d.      Menyusun pedoman wawancara
e.       Menyusun Lembaran penilaian
J.  Contoh Wawancara
Tujuan             : Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa dirumah
Bentuk
                        : Bebas
Responden
      : Siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi.
Nama siswa
     :……………….
Kelas
               :……………….
Jenis kelamin
  :……………….
Pertanyaan
, jawaban siswa, komentar dan kesimpulan hasil wawancara:
  1. Kapan dan berapa lama anda belajar dirumah?
  2. Bagaimana anda mempersiapkan diri untuk balajar secara efektif?
  3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
     Contoh II:
1)      Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen atau petunjuk dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2)      Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada dosen?
……………………………………………………………………………
3)      Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi pelajaran?
……………………………………………………………………………
4)      Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas?
……………………………………………………………………………
5)      Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen?
……………………………………………………………………………
6)      Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?
……………………………………………………………………………
7)       Apakah mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain?
……………………………………………………………………………
8)      Apakah menurut mahasiswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?
……………………………………………………………………………
9)      Apakah orang tua mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar?
……………………………………………………………………………
10)  Apakah mahasiswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?
……………………………………………………………………………
  
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
            Arifin,Zaenal (2009),  Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-      Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi EdukatifJakarta: PT. Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya


Comments

Unknown said…
Makasih ya :)
Sangat membantu
hiizizi said…
kampus terkemuka https://umj.ac.id

Popular Posts